
perepat.com-Masyarakat jangan terpengaruh dengan gerakan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Karena pergerakan NII saat ini sudah masuk ke tengah-tengah masyarakat dimana mahasiswa hingga Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi sasarannya.
NII merupakan sebuah gerakan ideologis yang muncul dibawah pimpinan Kartosoewirjo pada 1947. Setelah itu, NII berkembang di luar Jawa di bawah Kahar Muzakkar.
Sejatinya NII tidak pernah mati dalam melanjutkan garis perjuangannya. Hanya saja, saat ini NII memiliki pola gerakan dan strategi yang berbeda dibandingkan era-era sebelumnya.
Sekarang gerakan yang NII kembangkan adalah perebutan heart (hati) and mind (pikiran). Strategi yang dijalankan NII saat ini jauh lebih dahsyat dibandingkan menggunakan senjata yang mudah ditangkap dan dikenali pelakunya. Pergerakan NII yang menggunakan pendekatan perebutan hati dan pikiran, baiat dan doktrin cukup sulit untuk diatasi.
Dan lebih dahsyat lagi, NII bergerak dengan cara menyembunyikan diri, taqiyyah. NII berkamuflase agar tidak dikenali dari awal sehingga NII memiliki keleluasaan untuk memengaruhi orang lain.
Masyarakat untuk berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan. Hal ini agar masyarakat tak mudah terpengaruh dengan pergerakan dan strategi yang dilakukan NII.

Berupaya Lengserkan Presiden Jokowi
Sebelumnya, sebanyak 16 anggota kelompok NII jaringan Sumatera Barat (Sumbar) diamankan Densus 88 Antiteror, beberapa waktu lalu. Dari pemeriksaan, terungkap jaringan tersebut berupaya melengserkan Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum Pemilu 2024.
Dari barang bukti yang ditemukan menunjukkan sejumlah rencana dipersiapkan upaya melengserkan pemerintah berdaulat sebelum Pemilu 2024.
Berikut sederet potensi ancaman teror dari jaringan NII Sumatera Barat :
1. Memiliki keinginan untuk mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi Syariat Islam secara kaffah.
2. Memiliki niat untuk menggulingkan pemerintahan yang sah apabila NKRI sedang dalam keadaan kacau/chaos.
3. Melakukan berbagai kegiatan i’dad (persiapan serangan teror) secara rutin.
4. Merencanakan persiapan logistik serangan teror berupa senjata tajam (golok) serta produsen senjata tajam (pandai besi).
5. Melakukan perekrutan anggota secara masif di wilayah Sumatera Barat dengan melibatkan anak-anak di bawah umur.
6. Memiliki hubungan dengan kelompok teror di wilayah Jakarta,Jawa Barat dan Bali.***