
Innaa lilLaahi wa innaa ilaihi rooji’uun… !
KABAR duka datang menerpa dari Turki, Jum’at 5 Sya’ban 1442 H (19 Maret 2021). Membuihkan kesedihan, menindih di kedalaman jiwa ummat Islam se-dunia. Ahli tafsir alquran (mufassir) tersohor asal Suriah (Syiria), Yang Dimuliakan Allah, Syaikh Muhammad Aliy Al-Shabuniy, wafat.
Ihwal kematiannya, bukan cuma di akun twitter Syaikh Muhammad Basyir Haddad dan ulama’ asal Damaskus, Syaikh Muhammad Wail Al-Hambali. Tersiar pula gambar dari AlJazeera Suriah, bebar menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Juga di portal islamsyria.com, watanserb.com serta juga kanal berita OrientNews, TRTArabi dan di sejumlah media yang lelainnya. Sayat dukana tak hanya menggoresi jiwa sanak kerabat, tetapi juga diri para muridnya yang mencuat di banyak platform media sosial. Pun, mereka di serantau Indonesia yang pernah menjadi mahasiswa beliau.
MELANSIR alsouria.net, ulama’ sepuh itu wafat di Kota Yelwa (Yalova), daerah barat Laut Turki. Syaikh Al-Shabunyi berpulang pagi (dhuha) waktu setempat, atau kala siang di Indonesia Barat.
Usianya memang telah berbilang lanjut, 91 tahun masehi atau 94 tahun hijriyah. Malaikat maut telah menjemput beliau menghadap Allaah.
BERITA itu mula pertama di Indonesia, diinformasikan oleh ulama’ asal Mesir, Syaikh Ahmad Al-Misri yang mukim di Jakarta, di akun instagram (IG) @ahmad_almisry. Unggahannya sekitar pukul 18.00 WIB.
Lantas, meluas menjadi pemberitaan-pemberitaan media cetak dan daring. Semua benar-benar merasa kehilangan orang terpandang yang menjadi suluh-bendang sejagat ummat.
Para da’i ternama dan sejumlah ulama’ Indonesia pun menyampaikan belasungkawa dan do’a. Bahkan tak sedikit pula yang melakukan sholat ghoib.
KEMATIAN sosok nan berkepribadian elok dan waro’ itu betapa tidak akan sontak menghenyak? Dia terbilang dek pemikirannya cemerlang, ulama’ dan cendekiawan pengamat sains serta ahli hadits.
Terutama, kepakarannya di bidang ulum alquran dan tafsir alquran sulit akan tertandingi dan akan tergantikan. Kehilangan yang mendalam menghujami di jiwa hati sanubari para ulama’, para pencinta ulum Al-Islaam, para ahl alquran dan ummat sejagad. Mutiara ratna mutu manikam Ulama’ abad ke-21 itu telah sampai ajalnya.
Diri Jati al-Shabuniy
DARI berbagai sumber dapatlah kita beberkan diri jati, serta apa dan bagaimana tuah hayah Al-Allamah Al-Mufassir Al-Mu’ammar Al-Syaikh Muhammad ‘Aliy bin Jamil Al-Shabuniy Al-Halabi. Jejak bijak bestari Allaahu yarham, yang terekam sanggam dapat pula kita simak saksama.

NAMA: Muhammad ‘Aliy; Nisbah (suku dan daerah asal): Al-Shabuniy Al-Halabiy; Suku-bangsa: Arab; Gelar Islaam: Syaikh; Gelar Akademis: Profesor Doktor (Prof Dr); Pekerjaan dan Jabatan: Guru Besar Ilmu Tafsir di Universitas Umm Al-Quro’, Makkah Al-Mukarromah, Saudi Arabia; Organisasi: Presiden Asosiasi Cendekiawan Suriah.
LAHIR di Kota Halabi, Aleppo, Suriah (Syiria), Rabu 1 Sya’ban 1348 H (1 Januari 1930)1). Wafat di Kota Yelwa (Yalova), daerah barat Laut Turki, tak jauh dari Istanbul, Jum’at pagi (dhuha) waktu setempat, 5 Sya’ban 1442 H (19 Maret 2021). Mengakhiri usia umur 91 tahun 2 bulan 18 hari (hitungan penanggalan syamsiyah) atau 94 tahun 4 hari.2)
Langsung Sang Ayah
DIBINA sejak usia dini di lingkungan keluarga yang terpelajar, telah mengasah kualitas takaran kecerdasan akal Muhammad ‘Aliy kecil. Dididik Islamiy dan Quraniy menumbuhkan kecintaan al-Shabuniy kepada kitab suci firman yang diwahyukan oleh Allah itu dan ilmu-ilmu ke-Islaman. Masih kanak-kanak dia sudah hafal (hafidz alquran, pertanda kualitas kecerdesannya).
LANGSUNG dari ayahnya, Syaikh Jamil, yang juga ulama’ terkemuka di Aleppo, dia memperoleh pendidikan dasar dan formal mengenai bahasa Arab, ilmu waris, dan yang lelainnya.
Guna menambah pengetahuannya, kerap pula dia mengikuti kajian-kajian para ulama’ yang biasa diadakan di berbagai masjid.
Pun berguru kepada sejumlah ulama terkemuka yang terhimpun di Halibi, Aleppo, yang diantaranya Syaikh Muhammad Najib Sirajuddin, Syaikh Ahmad Al-Shama, Syaikh Muhammad Said Al-Idlibi, Syaikh Muhammad Raghib Al-Tabbakh dan Syaikh Muhammad Najib Khayatah.
SETELAH menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, Syaikh Muhammad ‘Aliy Al-Shabuniy kuliah di Fakultas (Sekolah Tinggi, red) Syari’ah Universitas Al-Azhar, Mesir. Pada 1954 dia berhasil menyelesaikan studinya hingga level Takhasus dengan Syahadah Al-‘Alimiyyah bidang Syari’ah yang setara dengan titel doktor (Dr), 3).
KEMBALI ke kota kelahirannya, mengajar di sejumlah madrasah yang ada di Halab, lebih kurang tujuh tahun (1955-1962.) Setelah itu, ada pelawa (tawaran) mengajar di Sekolah Tinggi Syari’ah Umm Al-Quro dan di Fakultas Ilmu Pendidikan Islam – Universitas King Abdul Aziz, Saudi Arabia.
JUSTRU akhirnya dia memilih menjadi pensyarah (dosen) Sekolah Tinggi Syari’ah Umm Al-Quro, yang ditubuhkan pada 1949. Kudian menjadi universitas negeri, naungan Kementerian Perguruan Tinggi Kerajaan Arab Saudi, sesuai dekret kerajaan pada 1981.
Bahkan dia didapuk sebagai Guru Besar Ilmu Tafsir di Universitas Umm Al-Quro. Universitas yang tak jauh dari King Aziziyah ini konon universitas islam paling bergengsi di dunia Islam.
Sosok ‘Alim Penantang KezholimanMEMIHAK kepada yang haq, mendukung dan menyokong Revolusi Mausim Semi Arab, menjadi sikapnya sejak awal 2011. Ditegaskannya berkali-kali pada wawancara televisi, bahwa “seorang penguasa yang memaksa dan bertindak menyimpang dari ketentuan Al-Diin (agam ) Allaah telah berlaku kriminal, dan wajib dilawan.”
TAK GENTAR, Syaikh Muhammad ‘Aliy Al-Shabuniy tegar menghujat hasat jahat Bashar Al-Assad. Sosok ‘alim ini terus menyuarakan perlawanan terhadap rezim zalim pemerintahan Suriah itu. Lantang dia meradang menantang dan memprotes penindasan biadab terhadap pengunjuk-rasa (demostran) damai.
TEGAS dan pedas, pada satu wawancara televisi dia menyatakan: “Para Ulama’ Ummat berpendapat fardhu (wajib) melawan Musaylamah Al-kadzab. Si Pendusta Durjana yang bernama Bashar Al-Assad, tiraninya telah melakukan pembunuhan manusia.” Tentu saja fatwa dan himbauan itu disampaikan berbahasa Arab.
Khotimah
BERKARYA, menghasilkan karya tulis lebih dari 50 kitab yang berkenaan dengan tafsir, hadits dan ulum alquran. Diantaranya: Al-Tibyan fi ‘Ulum alquran; Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir; Mukhtasar Tafsir al-Thabariy; dan Qobas min Nur al-Qur’an.
Karyanya yang paling terkenal Shofwat al-Tafasir (terbit sekira 40 tahun yang lalu, red), dan Rawa’i al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam, yang juga menjadi rujukan (referensi) yang banyak dikaji di Indonesia.
Aktif pula berdakwah di layar kaca (televisi) melampaui 600 episode.BERPULUH tahun dia mengabdikan ilmunya fi sabililLaah (di jalan Allaah): mengajar dan berdakwah.
Syaikh Muhammad ‘Aliy al-Shabuniy pernah bersama Syaikh Yusuf Al-Qaradlawi ditetapkan sebagai Tokoh Muslim Dunia 2007 oleh DIQA. Namanya juga tercatat sebagai satu dari 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia (The Muslim 500, The World 500 Most Influentual Muslims).
TAHUN 2013, pernah berkeliling ke sejumlah wilayah di Indonesia serta mengunjungi beberapa pesantren-pesantren negeri berpenduduk mayoritas Islam ini, setelah beberapa kali sebelum itu.
Tokoh ulama’ tersohor yang hingga akhir hayatnya itu menjabat sebagai Presiden Asosiasi Cendekiawan Suriah, pernah pula dikabarkan dan diberitakan wafat, pada 2015 yang ternyata hoaks. Kini, faqih yang mushlih itu, jasadnya telah terbaring tenang di liang lahat di pandam pekuburan.
SEMOGA, kiprah, karya dari semua kegiatannya menjadi ‘amal sholih yang bernilai ‘ibaadah. Diampuni segala silap dan salahnya. Kuburnya luas lapang serta diliputi nur cahaya di atas cahaya. Indah di barzakh. Bersinar di Mahsyar. Jannah al-Firdaus di akhirah. Aamiin Yaa arham al-Rohimiin, Yaa Rabb al-‘Alamiin. Salaam.***
(Rajasangaiji: bahan dihimpun dari berbagai sumber)
Catatan:
1) Wikipedia mencatat tanggal lahir Shabuniy, 1 Januari 1930. Panjimas.com, justru 1 Juli. Bahkan ada pula yang menulis beliau lahir pada 1928.
2) Koreksi umur yang selalu menyebut 93 tahun pada hitungan (syamsiyah).
3) Ada pula keterangan yang menyatakan tahun lulusnya pada 1955, tapi kebanyakan menyatakan 1954.